Merenda Cintamu Part 18
Pertemuan dengan Tuan Purnama
‘Tidak, Hilya belum sehat total. Buktinya, ia masih ketakutan,” bisik Ryu dalam hatinya.
“Baiklah!”
Seketika Ryu meneguk salivanya. Binaran cerah mata Hilya benar-benar membuat jiwa kelelakiannya meronta.
***
“Tidurlah,” ucap Ryu yang sudah berbaring di samping Hilya dengan selimut. Tangannya terangkat, merapikan rambut Hilya yang berantakan. Tiba-tiba Hilya mengernyit. Ryu menurunkan tangannya begitu menyadari perubahan pada diri Hilya. “Maaf,” ucapnya.
Ia merebahkan diri, lalu memalingkan badannya sambil diam-diam mengatur napas.
Hilya memejamkan mata. Meski samar, teriakan dan wajah mengumpat masih saja membayangi. Berkali-kali mengubah posisi, tetap saja ia masih dicekam kecemasan.
“Kenapa?” tanya Ryu, yang sudah berbalik menghadapnya.
“Kamu memang jarang tidur, tapi kalau kelelahan akan tertidur sendiri. Tadi siang kamu tidur cukup panjang, jadi mungkin inilah yang membuatmu kesulitan terlelap.”
Hilya mengembuskan napas kecewanya. Bagaimana ia bisa melewati dengan bayang-bayang menakutkan?
“Biasanya aku memelukmu, tak lama kamu akan tertidur. Mau kupeluk?”
****
Maaf, sebagian cerita aku hapus dulu. Ternyata cerita ini termasuk 50 terpilih naskah di lomba. Jadi dengan sangat terpaksa aku hapus dulu.
Menuggu hasil pengumuman terakhir dulu.
Di aplikasi sudah tamat. Mohon dukungannya dengan berkunjung ke aplikasi
Klik gambar di bawah ini.
***
Terima kasih
Mohon dukungannya dengan berkunjung ke aplikasi KBM dengan nama pencarian elnurien
Nungguin lanjutannya ��
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannya, Kak.
Hapus